Vaksinasi adalah hal yang sudah sering kita dengar dan perhatikan pada tahun belakangan ini. Vaksin sendiri adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati yang akan berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang, sehingga jika orang tersebut terkena penyakit maka akan memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan beresiko untuk menularkannya lebih sedikit. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 Peraturan Presiden Nomor 99 tahun 2020 dimana pada pasal ini terdapat ketentuan lanjut mengenai pasal 13,14 dan 15 yang diatur oleh Menteri Kesehatan tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan, dan harapan untuk setiap provinsi untuk menyediakan fasilitas vaksin serta memantau keadaan vaksin dalam rangka Penanggulangan Pandemi Coronavirus, Indonesia mendatangkan banyak sekali vaksin yang berasal dari berbagai negara. Vaksin-vaksin di Indonesia saat ini adalah Vaksin Merah Putih, Vaksin Moderna, Pfizer inc and BioNTech dan masih ada banyak vaksin lainnya. Vaksin- vaksin diatas secara bergilir diberikan kepada masyarakat (sesuai dengan Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Coronavirus Disease 2019(COVID-19))
Vaksinasi mulai diberikan kepada jajaran masyarakat yang berperan penting dalam pandemi ini seperti Dokter, Perawat dan Tenaga Kesehatan lainnya dan setelah itu lebih mengarah pada lansia. Dikabarkan pada bulan Maret-Juni vaksinasi akan diarahkan bagi para mahasiswa dan Dosen/ tenaga pendidik demi target program tatap muka yang akan terjadi pada bulan Juli 2021.
Berdasarkan pasal 8 ayat 4 tersebut:
a. tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga
penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya;
b. tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan, perangkat desa, dan perangkat rukun tetangga/rukun warga;
c. guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, atau setingkat/sederajat, dan perguruan tinggi;
d. aparatur kementerian/lembaga, aparatur organisasi
perangkat Pemerintah Daerah, dan anggota legislatif;
e. masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan
ekonomi; dan
f. masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.
Dari sekian banyak Vaksin yang ada di Indonesia, terdapat salah satu vaksin yang baru saja datang ke Indonesia dan menarik perhatian publik yaitu Vaksin Oxford, AstraZeneca. Kabarnya Indonesia sudah menerima sekitar 1.113.600 vaksin dengan total berat 4,1 Ton. Setelah melewati tahap pertama vaksinasi kabarnya Vaksin ini akan diberikan kepada orang di tahap kedua vaksinasi yang menyasar kepada lansia dan petugas layanan public. Walaupun vaksin ini masuk kedalam vaksin yang menggunakan izin darurat ( belum diriset dengan matang dan sempurna tetapi harus segera dilakukan pemakaiannya) Vaksin ini sudah berhasil dibuktikan keberhasilannya di Afrika Selatan dan Brazil sebesar 70,4 % sehingga lebih aman dan memiliki keberhasilan yang lebih banyak sehingga dalam jangka panjang, Vaksin AstraZeneca dianggap mampu menurunkan penularan Covid-19 di Indonesia.
Perbandingan vaksin AstraZeneca dengan vaksin Sinovac
Saat ini, terdapat 2 jenis vaksin yang dapat segera digunakan di Indonesia, yaitu vaksin Sinovac dan vaksin AstraZeneca. Dengan begitu, perlu diketahui apa perbedaan di antara kedua vaksin tersebut. Berikut perbandingan antara vaksin AstraZeneca dan juga vaksin Sinovac:
Teknologi yang digunakan
AstraZeneca-Oxford mengeluarkan vaksin COVID-19 yang diberi nama AZD1222. Vaksin ini dikembangkan menggunakan platform yang bernama vektor adenovirus. Hal ini berarti vaksin ini dikembangkan dari virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia. Virus ini membawa sebagian materi dari virus Corona yaitu protein spike.
Di sisi lain, vaksin COVID-19 Sinovac menggunakan platform inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan.Metode yang digunakan ini adalah metode yang paling teruji, karena sudah sering dipakai untuk mengembangkan vaksin lain seperti vaksin polio dan flu.
Efikasi
Menurut studi di Lancet, efikasi dari vaksin COVID-19 AstraZeneca mencapai 70,4 persen. Angka ini berdasarkan analisis interim uji klinis tahap ketiga di Brasil, Afrika Selatan, dan Inggris.
Sementara uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac dilakukan di beberapa tempat di Indonesia, salah satunya di Bandung, dan Jawa Barat. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan efikasi vaksin Sinovac berdasarkan analisis interim uji klinis di Bandung tercatat sebesar 65,3 persen.
Dosis pemberian
Jumlah dosis pemberian vaksin COVID-19 untuk setiap vaksin tidaklah sama. Hal ini diatur melalui petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan vaksinasi dalam penanggulangan pandemi COVID-19. Pada vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford, jumlah dosis yang diberikan adalah sebesar 0,5 ml per dosis dengan rentan jarak penyuntikan dosis 1 dan 2 diatur selama 28 hari.
Sedangkan vaksin COVID-19 Sinovac, jumlah dosisnya masih sama yaitu 0,5 ml per dosis. Tetapi, jarak waktu penyuntikannya hanya selama 14 hari.
Suhu penyimpanan
Kebanyakan vaksin perlu disimpan dalam tempat penyimpanan yang bersuhu rendah dengan tujuan untuk menjaga kandungan yang ada di dalam vaksin agar tidak terdegradasi atau rusak, dan juga agar tidak mempengaruhi efektivitas vaksin.
Vaksin COVID-19 buatan Sinovac dapat disimpan dalam suhu sekitar 2-8 derajat celcius. Untuk vaksin Astrazeneca juga dapat disimpan pada suhu lemari es atau pendingin reguler dengan suhu 2-7 derajat celcius.
Harga
Untuk harga vaksin, dapat diketahui bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca ini dijual dengan harga US$3-US$5.25 atau sekitar Rp 42 ribu sampai 70 ribu per dosis.
Sedangkan vaksin COVID-19 buatan Sinovac, Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto sempat memprediksi vaksin tersebut akan dijual sekitar Rp 200 ribu per dosisnya.
Keunggulan dan Efek Samping
Menurut Kepala Ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan, vaksin AstraZeneca stabil pada suhu 2 hingga 8 derajat Celcius. Dengan begitu, vaksin ini dapat disimpan ke dalam lemari es biasa. Selain itu, efikasi atau kemanjuran vaksin ini mencapai 90 persen ketika vaksin diberikan sebagai setengah dosis, lalu diikuti dengan dosis satu penuh setidaknya satu bulan kemudian.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito mengatakan, vaksin Covid-19 AstraZeneca dapat disalurkan untuk kelompok usia dewasa hingga lanjut usia. Ia menegaskan bahwa vaksin ini berlaku untuk usia 18 tahun ke atas, artinya bisa untuk lansia, dan kategori (penerima vaksin) juga sama dengan vaksin Sinovac, tapi platformnya berbeda.
AZD1222 melawan COVID-19 memiliki efikasi 63,09% melawan gejala infeksi SARS-CoV-2. Interval dosis vaksin ini lebih lama, yaitu dalam rentang waktu 8 hingga 12 minggu. Hal ini dikaitkan dengan kemanjuran vaksin yang lebih besar. Selain itu, harga yang lebih ekonomis ini juga menjadi salah satu keunggulan vaksin AstraZeneca.
Namun dibalik keunggulan vaksin AstraZeneca ini, ada beberapa efek samping yang lebih banyak jika dibandingkan dengan vaksin Sinovac. Menurut laman resmi GOV.UK, umumnya vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford dapat memicu reaksi yang ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum dirasakan seperti nyeri, gatal, dan bengkak atau memar di tempat suntikan. Selain itu, adapun efek samping sistemik yang bisa dialami, yaitu kelelahan, menggigil atau demam, sakit kepala, nyeri sendi, pusing, peradangan sistemik, kulit gatal atau ruam, keringat berlebihan, sakit perut, dan juga nafsu makan menurun.
Sedangkan, menurut uji klinis di Bandung, vaksin Covid-19 Sinovac hanya menimbulkan efek samping ringan hingga sedang. Efek samping yang umum terjadi antara lain seperti nyeri, indurasi atau iritasi, kemerahan, dan pembengkakandan untuk efek samping sistemik, myalgia atau nyeri otot, fatigue atau kelelahan, dan demam dapat muncul setelah divaksin menggunakan vaksin Sinovac.
Commenti