Memasuki era modernisasi dalam menunjang beberapa aspek kehidupan di masa kini, persenjataan juga mengupayakan suatu langkah kemajuan dengan mencanangkan suatu modernisasi alat utama sistem senjata atau yang lebih kerap dikenal dengan sebutan Alutsista. Hingga akhir 2021 ini, berbagai alutsista canggih dan modern sudah memperkuat armada tempur Tentara Nasional Indonesia baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Dengan alutsista yang dimiliki TNI saat ini, Global Firepower menyebut kekuatan militer Indonesia menduduki peringkat ke-16 di dunia. Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto juga telah memesan sejumlah alutsista canggih, seperti pesawat tanker A400M buatan Airbus, Amerika Serikat serta kapal perang Fregat buatan Fincantieri, Italia. Adapula Rantis Maung, sebanyak 500 unit dan Kapal Offshore Patrol Vessel (OPV) dan OPV 90 meter. Tak hanya itu, Prabowo baru-baru saja berhasil mengakuisisi enam jet generasi 4,5 Dassault Rafale yang diproduksi oleh Dassault Aviation asal Perancis.
Akuisisi ini sah dengan adanya penandatanganan antara Kementerian Pertahanan RI dan pihak Dassault Aviation di Kementerian Pertahanan, Jakarta pada Kamis, 10 Februari 2022. Dalam upaya modernisasi dalam bidang angkatan udara, ternyata Prabowo sudah mengincar 42 unit jet Rafale dari semula target awal 36 unit saja. Setelah 6 unit yang sudah diakuisisi secara sah, Prabowo memastikan 36 jet lainnya akan segera diupayakan dalam waktu dekat. Prabowo juga merencanakan pembelian 2 Kapal Selam Scorpene dengan PT. PAL Indonesia dan Naval Group dari Prancis. Disamping beberapa rencana pembelian dan perwujudan rencana tersebut, Prabowo dan Presiden RI Joko Widodo, melaksanakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Perancis, Parlay, untuk membahas penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama Indonesia-Perancis dalam hal maintenance, repair, overhaul (MRO) terhadap kapal selam, satelit, amunisi kaliber besar, dan bidang diluar militer.
Tentu pengadaan modernisasi ini berfokus pada tujuan utamanya untuk membangun postur pertahanan TNI yang semakin kokoh, lengkap, terpadu, dan modern demi memberikan pengayoman yang bersinergi serta esensial bagi segenap bangsa dan negara. Meski dengan suatu tujuan, tidak dapat dipungkiri bahwa suatu hal akan memancing opini dan analisa yang beragam dari beberapa pihak. Modernisasi alutsista menuai pro kontra, salah satunya yang menjadi kontra datang dari pihak PSI, Isyana Bagoes Oka selaku DPP PSI angkat bicara mengenai tindakan yang dicanangkan oleh Kemenhan terlalu ambisius. Beliau beropini dalam masa pandemi seperti ini, mengalokasikan dana untuk persenjataan kurang tepat, masih banyak dana yang perlu dialokasikan untuk urgensi lainnya yang statusnya lebih mendesak.
Melihat kembali tragedi tenggelamnya KRI Nanggala 402, Prabowo menilai bahwa modernisasi alutsista sudah sangat mendesak mengingat kondisi alutsista Indonesia yang sudah tua. Pembaruan tersebut juga dinilai membantu Indonesia dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis yang berkembang sangat pesat di masa depan. Langkah ini disambut baik oleh Komisi I DPR RI yang merupakan mitra dari Kemenhan. Beberapa anggota Komisi I menilai bahwa pembelanjaan alutsista baru sebenarnya sudah mendesak sejak 5 tahun lalu sebab alutsista tua membahayakan personel TNI dan rawan insiden. Komisi I juga berpendapat bahwa modernisasi alutsista merupakan peningkatan integritas teritorial sebagai suatu kebanggaan nasional. Dalam dukungannya, Komisi I DPR RI juga mengingatkan Kemenhan untuk tidak membeli alutsista bekas untuk menghindari anggaran tambahan untuk perbaikan.
Sejak dibicarakan pada awal tahun 2021, modernisasi alutsista juga mendapatkan dukungan dari masyarakat. Dilansir dari jajak pendapat Kompas pada Mei 2021, masyarakat menilai modernisasi penting untuk peningkatan kualitas alutsista terutama untuk Angkatan Laut. Masyarakat menilai bahwa peremajaan tersebut dapat meningkatkan sarana dan prasarana lembaga TNI yang seharusnya memiliki detterence effect atau daya penggentaran tinggi dan jaminan keselamatan kerja maksimal. Alutsista penting bagi Indonesia mengingat wilayah Indonesia yang luas dan rawan sengketa seperti yang terjadi di Laut Natuna. Selain mendukung langkah modernisasi, masyarakat juga berharap bahwa kedepannya Indonesia dapat memproduksi secara mandiri.
Program peremajaan alutsista ini memang baru naik kembali setelah tragedi tenggelamnya KRI Nanggala 402 pada 2021 silam, namun pembicaraan modernisasi alutsista sudah dimulai sejak tahun 2019. Pembelian jet Dassault Rafale, yang ramai diperbincangkan sekarang akibat jumlah dan anggaran yang tergolong fantastis, merupakan salah satu rencana pembelian alutsista yang sudah dibicarakan sejak 2019 oleh Menhan RI Prabowo dan Menhan Prancis Parlay. Anggaran alutsista tersebut dialokasikan kepada fungsi pertahanan dalam APBN 2022 sebesar Rp, 136,64 triliun dengan rincian alokasi terbagi untuk belanja operasional dan non operasional, proyek prioritas nasional, dan program lainnya. Dalam rencana anggaran belanja alutsista yang sempat beredar pada tahun 2021, tercantum rencana Menhan Prabowo untuk mengalokasikan Rp.1.760 triliun untuk belanja alutsista hingga tahun 2024.
Dengan adanya data yang beredar, memang tidak bisa dipungkiri bahwa peremajaan alutsista memakan biaya yang tidak sedikit dan melihat kondisi pandemi tentu saja timbul pandangan bahwa anggaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk penanganan COVID-19. Namun, perlu diingat bahwa setiap organ pemerintahan sudah memiliki anggarannya masing-masing, maka Kementerian Pertahanan menjalankan tugasnya dengan mengalokasikan anggaran dalam pembaruan alutsista. Modernisasi alutsista tidak hanya memberikan manfaat bagi Indonesia dalam skala nasional, namun juga meningkatkan kedudukan Indonesia di mata internasional. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi Indonesia pada minimum essential force (MEF) Indonesia yang pada 2019 baru berada di angka 68 persen. Maka dengan pembaruan alutsista ini, Kemenhan berharap Indonesia dapat mencapai angka 100 persen pada 2024.
Comments