Rabu, 3 Juni 2020 — Komisi Pemilihan Umum Universitas Pelita Harapan (KPU UPH) melaksanakan debat kedua calon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UPH (BEM-UPH) periode 2020/2021 dengan tema “BEM-UPH Sebagai Pusat Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa”. Debat kembali dilaksanakan dengan perantara aplikasi Zoom karena situasi covid-19 saat ini.
Kedua calon ketua BEM UPH 2020/2021, yaitu Evelyn Floretta dari Hubungan Internasional angkatan 2018 selaku kandidat pertama, dan Carlo Axton Lapian dari Hukum angkatan 2018 sebagai kandidat kedua melaksanakan debat yang terdiri atas tiga segmen. Segmen pertama dimulai dengan dua pertanyaan yang dilayangkan kepada kedua calon.
Kemudian segmen kedua moderator memberikan pertanyaan berbeda secara bergilir kepada satu kandidat, dan kandidat lain dapat memberikan komentar atau pertanyaan atas jawaban kandidat tersebut. Segmen ketiga kedua calon memilih masing-masing dua pertanyaan dari beberapa pertanyaan yang diberikan oleh peserta yang mengikuti jalannya debat. Berikut merupakan rangkuman dari hasil debat ketiga segmen:
SEGMEN 1
Jika terpilih, apa strategi kepemimpinan Anda untuk menghadapi “New Normal” dan memastikan dinamika aktivitas kemahasiswaan tetap berjalan? Dan apa yang dapat Anda lakukan agar para anggota BEM-UPH dapat menjadi “student leaders” jika online learning diperpanjang hingga akhir masa jabatan Anda?
Pertanyaan pertama ini berlatar belakang adanya pandemi COVID-19 ini, yang menyebabkan proses pembelajaran dan kegiatan kemahasiswaan harus dilakukan online. Masalahnya, kemungkinan paling cepat COVID-19 akan berakhir adalah di akhir 2020, sementara mahasiswa sudah jenuh dengan metode online learning, dan UPH Festival pun harus dilakukan online.
Menanggapi pertanyaan tersebut, kandidat nomor dua menjawab bahwa menurutnya pemimpin harus menyadari dinamika kepemimpinan, harus tahu bahwa UPH mendorong mahasiswa untuk siap menghadapi dan beradaptasi pada situasi sekarang. Ia mengatakan bahwa di tengah pandemi ini BEM akan melakukan riset-riset bersama dengan teacher college dan applied mathematic yang menghasilkan acuan yang dapat digunakan mahasiswa dan diberikan kepada pemerintah.
Selanjutnya, Carlo mengatakan sebagai calon ketua BEM, harus siap menghadapi perubahan dan beradaptasi dengan perubahan dinamika mahasiswa UPH. Carlo mengatakan bahwa kita bisa memanfaatkan teknologi seperti zoom dan internet, untuk mengembangkan wawasan, pengabdian, leadership mahasiswa, sehingga hanya karena adanya new normal, bukan hanya kepemimpinan kita hanya diam saja, dan tentunya semua program kerja harus ada plan A-Z.
Setelah itu, panelis Catherine Susanto memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh Carlo Axton. Ia bertanya, “Menurut Anda, apa satu hal yang tidak bisa diganti melalui pertemuan online? Apakah Anda pikir masih dapat mencapainya, jika ada pertemuan online, dan apa strategi Anda khususnya jika Anda terpilih menjadi Ketua BEM berikutnya?”
Kandidat pertama menjawab, Ia setuju dengan new normal ini yang memerlukan terobosan-terobosan baru dari BEM UPH, dengan mendengarkan evaluasi/feedback dari mahasiswa. Mengenai UPH Festival, BEM akan memikirkan konsepnya dengan matang-matang bagaimana materi yang akan disampaikan dapat diterima oleh mahasiswa baru, dan masih banyak cara yang bisa kita explore untuk penyampaian materi online. Strategi yang akan dipakai jika Ia menjadi ketua BEM, dengan cara mengoptimalkan digital dengan inovasi-inovasi baru.
Kandidat kedua menjawab bahwa Ia bisa memanfaatkan teknologi dan masih adanya proyek yang bisa dilakukan secara online seperti komuniti servis yang bisa menggalang dana melalui transaksi online. Ia menekankan bahwa Ia tidak ingin hanya tentang keuangan saja tetapi juga pelayanan.
Panelis memberikan tanggapan kepada jawaban kandidat pertama, “Apa yang kamu pikirkan tentang satu hal utama yang tidak bisa digantikan dengan online meeting, dan jika kamu terpilih , apakah kamu bisa memenuhi kebutuhan mahasiswa dan bagaimana caranya untuk mencapai hal itu?”.
Evelyn menjawab bahwa menurutnya hal yang tidak bisa digantikan adalah berinteraksi secara langsung dan tidak bisa membangun relasi satu sama lain. Salah satu strategi yang akan Evelyn lakukan adalah dengan mengerjakan project secara bersama-sama agar dapat bertukar pikiran dan menurutnya jika project tersebut berhasil maka akan terbangun relasi satu sama lain.
Jelaskan peran dan tanggung jawab setiap anggota BEM-UPH, dan langkah strategis Anda agar BEM-UPH dapat menjadi pusat pengembangan kepemimpinan dan turut mengambil bagian dalam melahirkan lulusan UPH dengan profil “pemimpin yang diperlengkapi dengan visi transformasi”.
Kandidat kedua menjawab bahwa peran BEM bukan hanya menciptakan event organization tetapi juga leaders yang baru, dengan cara menghadapi kegiatan dan isu-isu yang sedang terjadi sekarang. Ia mengatakan bahwa ia akan menawarkan BEM yang dinamis dan progresif untuk menghadapi isu-isu nasional sehingga ada misinya tentang kreatif, yang tidak hanya menciptakan event tetapi menghadirkan event baru.
Panelis memberikan tanggapan dari jawaban kandidat Nomor 2, bahwa memang betul Undang-Undang Kemendikbud dan aturan pemerintah menjadi dasar berdirinya BEM. Namun, perlu disadari bahwa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, ada peran dari statuta UPH dan surat keputusan bersama organisasi mahasiswa yang mengatur secara jelas ranah pekerjaan dari organisasi yang ada, baik dari himpunan, maupun BEM. “Setelah mempelajari hal tersebut, apakah Carlo masih setuju dengan BEM UPH sebagai badan eksekutif tertinggi?” Beliau kemudian menambahkan pertanyaan mengenai peran BEM, yaitu apakah lebih melekat kepada Event Organizer, serta bagaimana peran setiap individu anggota BEM.
Kandidat kedua menjawab bahwa Ia setuju dengan BEM sebagai badan eksekutorial tertinggi untuk menyampaikan aspirasi. Untuk pernyataan kedua Ia menjawab bahwa setiap anggota diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk menjadi ketua acara sebagai figur opportunity. Carlo akan juga mempererat kedekatan setiap individu dalam BEM dan mengakomodasi kebutuhan masing-masing
Kandidat pertama menjawab bahwa, BEM UPH bukan sekedar Event Organizer, BEM UPH juga memikirkan konsep dari awal dia mengambil contoh salah satu event seperti Career Expo. lalu Ia menjawab bahwa peranan anggota BEM sudah ada di lima peran mahasiswa, peranan tersebut bukan untuk hanya program kerja internal saja tapi juga untuk eksternal dengan cara menanggapi apa saja yang terjadi di luar. Langkah strategi yang akan diambil yaitu melalui departemen pengembangan organisasi mahasiswa yang bertugas untuk mengembangkan kepemimpinan yang harus dioptimalkan di leadership training
Panelis akan memberikan tanggapan tentang jawaban kandidat pertama, “fungsi dari departemen pengembangan organisasi dan mahasiswa, apa rencana Evelyn untuk turut membantu dalam pengembangan training atau pelatihan kepada teman-teman organisasi lain, dan pertanyaan kedua terkait dengan fungsi anggota BEM apabila evelyn di taruh dalam posisi departemen A dalam posisi sedang kerja, sedangkan tiba-tiba ada sebuah kegiatan besar lain muncul seperti soal parkiran lain, dan butuh fungsi departemen A untuk berjalan, Mana Evelyn akan pilih?”
Kandidat pertama menjawab untuk pertanyaan pertama, dimana di dalam organisasi terdapat orang-orang yang tergabung dari organisasi-organisasi lain, sehingga jika kita mengembangkan anggota kelompok kita, anggota tersebut akan juga mengembangkan organisasinya. Pengembangan organisasi yang lebih direct akan dikerjakan dengan program kerja baru yang bernama “Leader Stop”. Dan pertanyaan kedua, menurut nya jika terjadi masalah tersebut, DPWP berperan untuk memberikan informasi dan wawasan mengenai masalah yang terjadi.
SEGMEN 2
Pertanyaan untuk kandidat pertama dari kandidat kedua:
Berdasarkan Surat Kemendikbud no. 302/E.E2/KR/2020, perguruan tinggi dihimbau untuk melakukan penghematan biaya operasional yang UPH belum lakukan. Sebagai ketua BEM, apa yang akan Anda lakukan supaya pihak rektorat dapat mengikuti himbauan tersebut?
Kandidat pertama menjawab bahwa pertanyaan diatas keliru, dan jika Ia terpilih, ia tidak memiliki hak menghimbau rektor untuk mengikuti surat tersebut, karena Ia percaya bahwa rektorat akan menangani surat itu dengan baik. Menurutnya, ranah tersebut merupakan ranah MPM-UPH dan bukan wewenang BEM. Evelyn pun menekankan bahwa surat tersebut ditujukan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dan bukan Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Kandidat kedua menanggapi, jika itu bukan wewenang BEM, apakah BEM tidak bisa melakukan apapun, seperti jika para mahasiswa memiliki masalah dengan fasilitas? Ia juga mengatakan surat Kemendikbud itu tidak ditunjukan secara langsung untuk PTN, dan suratnya diumumkan untuk semua perguruan tinggi. Terhadap ini, kandidat pertama bersikeras bahwa surat kemendikbud tersebut hanya untuk PTN. Jika surat tersebut juga ditujukan untuk UPH, ia tetap akan mempercayai rektorat karena itu merupakan kewenangan rektorat. Tidak benar bahwa BEM tidak bisa melakukan sesuatu, tanggap Evelyn, BEM bisa bergerak dengan cara mengedukasi.
Adakah alasan untuk tidak memilih Anda?
Kandidat pertama menjawab bahwa setiap mahasiswa memiliki alasannya sendiri-sendiri. Evelyn menekankan jika mahasiswa memilih dia, sudah jelas visi misi serta track record nya yang sudah “berkecimpung langsung di BEM”.
Kandidat kedua menanggapi bahwa kandidat pertama masih belum menjawab pertanyaan tersebut, dan menyinggung bahwa pengalaman menjadi anggota BEM bukanlah sebuah kriteria untuk menjadi ketua BEM. Carlo menjelaskan pertanyaannya juga merupakan upaya untuk menjadi pertimbangan pemilih tentang transparansi calon ketua BEM. Terhadap ini, kandidat pertama menjawab bahwa setiap orang pasti punya kekurangannya, dan tempat ini bukan tempat yang tepat untuk membeberkan kekurangannya. Evelyn percaya bahwa pemilih dapat menilai dengan baik. Ia juga mengklarifikasi bahwa pengalamannya di BEM bukanlah sebuah kriteria menjadi ketua, melainkan poin penting yang dapat menjadi pertimbangan untuk memilihnya.
Pertanyaan untuk kandidat kedua dari kandidat pertama:
Kepemimpinan berkaitan dengan manajemen organisasi termasuk pengelolaan budget. Apa strategi Anda untuk memperbaiki sistem dana, sponsorship, dan media partner BEM UPH?
Kandidat nomor dua menjawab bahwa sebelumnya harus dilihat terlebih dahulu tujuan akan adanya sponsorship dan media tersebut. Carlo mengatakan bahwa jika sponsorship tidak dibutuhkan maka dapat menggunakan sumber daya tersendiri. Akan tetapi, jika membahas mengenai pergerakan yang ingin membuat BEM UPH untuk terlihat, maka sponsorship tersebut diperlukan. Ia melanjutkan bahwa BEM dapat bersinergi dengan himpunan atau organisasi lain atau meminta bantuan dari pihak atasan. Ia mengatakan bahwa mencari sponsorship dapat dilakukan dengan koneksi-koneksi, sehingga juga menciptakan agent of change dimana mahasiswa mengerti bagaimana menarik sponsorship.
Kandidat pertama menanggapi jawaban kandidat kedua dengan terlebih dahulu menjelaskan mengenai strateginya untuk meminta bantuan kepada eksternal dan membuat collective sponsorship karena sponsor pastinya akan memilih proker yang audiencenya banyak maka ketika digabung dana dapat dibagi rata sesuai kebutuhan masing-masing. Kemudian, Evelyn bertanya kepada Carlo tentang apa strateginya mengenai sistem dana sponsorship tersebut.
Kandidat kedua menanggapi kembali bahwa ia akan meminta bantuan dari pihak eksternal juga dan melihat kebutuhan dari proker. Jika ada dana yang lebih dari suatu proker maka dapat disimpan untuk program yang lain.
Bagaimana misi sinergi Anda menjawab kebutuhan mahasiswa untuk dapat meningkatkan nalar dan kemampuan berpikir kritis?
Kandidat kedua menjawab bahwa misi sinergisnya tidak dapat dipisahkan dengan misi-misi yang lain karena mereka berkesinambungan, dimana dengan adanya kekreatifan maka ada keprogresifan. Menurutnya, mahasiswa progresif harus siap menghadapi isu-isu yang terkini. Carlo mengatakan bahwa infografis saja tidak cukup untuk menghadapi isu terkini, juga perlu diciptakan suatu kajian yang bekerjasama dengan himpunan mahasiswa dari berbagai jurusan untuk mendalami pengetahuan mengenai isu sesuai bidangnya. Ia mengatakan bahwa ia ingin mahasiswa bergabung dan mengembangkan kemampuan masing-masing dengan mengaplikasikan pengetahuannya itu ke dalam isu-isu nasional.
Kandidat pertama memberikan tanggapan bahwa ia tidak menemukan sisi kreatifitas dari strategi yang telah disebutkan karena menurutnya, kajian sudah dilakukan sebelumnya dengan bekerjasama dengan himpunan-himpunan, dan strategi Carlo belum menjawab kebutuhan mahasiswa UPH. Evelyn mengatakan bahwa jika ia terpilih, ia ingin mengoptimalkan platform media sosial yang BEM UPH miliki. Ia akan mengembangkan dua aspek, yaitu konten yang harus sistematis, sederhana, mudah dipahami dan gayanya “milenial”. Kedua, kemasannya, dimana desain harus menarik untuk dibaca, sehingga mahasiswa tetap aktif.
Kandidat kedua menanggapi balik dengan mengatakan bahwa benar media sosial harus dimanfaatkan, akan tetapi tidak boleh setengah-setengah, harus memaksimalkan semua platform. Kemudian menurutnya, kajian yang ia tawarkan tentunya sangat menjawab kebutuhan mahasiswa. Ia mengatakan bahwa kajian dapat memastikan apakah yang dipelajari di kelas dapat diaplikasikan di dunia nyata menghadapi isu nasional, tidak hanya melalui infografis yang “milenial” karena selama ini juga sudah ada infografis di media sosial BEM-UPH.
SEGMEN 3
Pertanyaan untuk kandidat pertama:
BEM sebagai lembaga eksekutif seharusnya mengeksekusi proker sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Apakah Ambassadors of UPH (AoU) merupakan kebutuhan mahasiswa, dan mengapa regenerasi dari AoU harus di handle oleh BEM sedangkan organisasi lain melakukan regenerasi sendiri?
Kandidat pertama menjawab bahwa AoU betul merupakan kebutuhan mahasiswa karena AoU mengerjakan proyek yang selalu dievaluasi dan memberikan dampak bagi mahasiswa. Menurutnya, AoU juga merupakan kebutuhan kampus karena kampus memerlukan wajah untuk dikirim ke eksternal untuk membawa nama baik UPH dan memperkenalkan profil UPH. Selanjutnya, ia menjawab perekrutan AoU dilakukan oleh BEM karena BEM merupakan lembaga independen yang tidak memihak jurusan apa pun. Setelah perekrutan, kegiatan AoU akan diserahkan kepada kampus, yang langsung berkolaborasi dengan AoU. Akan tetapi ini tidak menutup kemungkinan bahwa dalam perjalanannya, AoU dapat berkolaborasi dengan BEM.
Dalam masa pandemi ini, yang mungkin akan terjadi hingga akhir masa jabatan Anda, bagaimana Anda dapat meyakinkan pihak sponsor untuk mempercayai keluasan dan besar kecilnya audience dari program kerja Anda? Ini perlu diperhatikan mengingat adanya kesulitan dalam menilai engagement dari peserta program kerja dan kesulitan dalam mengukur indikator kesuksesan.
Untuk menanggapi permasalahan ini, kandidat pertama ingin membuat collective sponsorship, di mana semua proker BEM yang membutuhkan sponsor dan media partner akan digabung dalam satu proposal, sehingga dapat menawarkan “benefit lebih besar” kepada pihak sponsor. Evelyn menjelaskan exposure yang ditawarkan bukan hanya dari proker itu saja, tetapi juga media sosial BEM-UPH, sehingga proker tidak timpang, ada yang mendapat sponsor dan ada yang tidak. Jadi, dana masuk ke BEM terlebih dahulu kemudian disalurkan ke proker sesuai dengan kebutuhan.
Pertanyaan untuk kandidat kedua:
Do you think that BEM is the highest authority (besides the UPH staff) in terms of student organization? Why or Why Not?
Carlo menjawab bahwa ia tidak merasa BEM merupakan suatu badan yang memiliki otoritas tertinggi. Menurutnya, BEM tidak dapat bergerak sendiri karena tidak dapat begitu saja bersinggungan dengan aktivitas dari setiap fakultas, tetapi perlu adanya perjanjian dengan fakultas tersebut agar BEM dapat ikut serta dalam urusan fakultas.
Sebagai lembaga eksekutif mahasiswa tertinggi apakah kedua paslon bersedia menciptakan/menginisiasi kolaborasi yang baik antar himpunan? Bagaimana strategi anda? Sebagai contoh dalam kegiatan ISL ada tim medis dan alangkah lebih baik medis yang ada terdiri dari mahasiswa fakultas kedokteran dan keperawatan. Dalam suatu kegiatan yang dibawahi oleh BEM saya melihat medis yang disediakan tidak memberikan pelayanan yang baik. Bagaimana menurut anda?
Carlo meyakinkan bahwa akan diciptakan kolaborasi baik antar himpunan karena dalam misinya pun ia menyebutkan “sinergi”. Carlo mengatakan bahwa Ia akan melihat apa kebutuhannya lalu berkolaborasi dengan pihak atau himpunan yang memang sudah bidangnya. Terkait dengan ISL ia berpendapat bahwa hal itu terkait dengan kualitas apakah orang tersebut memenuhi standar agar memberikan pelayanan yang baik, dan hal ini menurut dirinya sangatlah penting.
Komentarze