Jessup Moot sendiri merupakan simulasi dari perselisihan fiksi antar negara yang kemudian dibawa oleh para pihak ke hadapan International Court of Justice (ICJ). Nama dari Jessup Moot ini diambil dari nama seorang sarjana hukum, Philip Jessup, yang juga merupakan juri dan diplomat Amerika pada abad ke-20, serta pernah bertugas di ICJ. Peradilan semu ini, awalnya diselenggarakan sebagai kompetisi advokasi ringan antara dua tim dari Harvard University saja pada tahun 1960, dibawah pimpinan Stephen Schwebel. Juara pertama diumumkan pada tahun 1963, kemudian pada tahun 1968 Jessup Moot akhirnya dibuka sebagai kompetisi untuk umum. Jessup Moot terdiri dari dua ronde, yaitu National Rounds dan International Rounds. National Rounds adalah ronde yang diadakan di negara masing-masing, agar dapat menentukan tim mana yang pantas melanjutkan ke International Rounds yang diadakan di Washington DC. Tahun 2019 ini, Universitas Pelita Harapan terpilih sebagai tuan rumah untuk penyelenggaraan National Rounds Indonesia yang diadakan selama tiga hari, yaitu dari hari Jumat (01/02) sampai dengan hari Minggu (03/02). Dengan tema “The Case Concerning the Kayleff Yaks”, sebanyak dua puluh tim dari berbagai universitas di seluruh Indonesia berkompetisi demi meraih juara tersebut, dan delapan belas tim lainnya pun berpartisipasi sebagai observer team atau tim pengamat lomba. Tahap demi tahap, babak demi babak dilalui oleh seluruh tim, sampai akhirnya tersisa dua tim di babak final, yaitu tim dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga (Unair).
Tentu saja, acara ini tidak akan berlangsung dengan baik tanpa dedikasi dari panitia acara yang bekerja keras dari pagi sampai malam. Oleh sebab itu, tim Panah Kirana mewawancarai Koor Acara dari Jessup National Rounds 2019, Joshua Gilbert Langoy. Menurutnya, acara ini tergolong sukses, walaupun waktu persiapan yang dilakukan cukup singkat, yaitu dari bulan Oktober 2018 sampai Februari 2019. Panitia yang tergabung pun hanya sedikit. Bahkan Joshua sendiri telah membayangkan untuk acara sebesar ini, dan dengan panitia yang sedikit, pasti akan terjadi chaos.
“Tapi, puji Tuhannya semua bisa berjalan dengan lancar, panitia-panitia sangat berinisiatif, dan juga itulah spesialnya UPH, para student-nya itu sudah terbiasa panitia. Jadi ketika diperhadapkan dengan kepanitian yang seperti ini, sudah siap lah mereka,” ujar Joshua ketika diwawancara setelah acara selesai. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada divisi logistic yang dinilai sangat passionate terhadap segala hal yang mereka lakukan. “Bayangkan aja, naik turun tangga, bawa barang berat dari gedung D ke gedung F bolak-balik, itu menurut aku sih, itu divisi logistic terbaik yang pernah aku lihat,” tambahnya lagi. (RIA)
Comments