Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Repuplik Indonesia Joko Widodo awalnya beliau hanya seorang pebisnis ternama di Solo. Hingga dua tahun lalu, ia tetap menyatakan tidak mau masuk ke kancah politik. Namun, kini pernyataan tersebut tidak terbukti adanya.
Jagat politik kembali bising, sebab tudingan munculnya dinasti politik baru hingga pilkada rasa presiden mulai bermunculan. Peristiwa ini merupakan yang pertama dalam sejarah politik tanah air. Anak presiden yang sedang berkuasa turun ke gelanggang pilkada.
Pasalnya, Gibran sang putra mahkota ini memutuskan untuk maju dalam kontestasi Pilkada 2020 untuk meraih kursi Wali Kota Solo. Posisi Gibran Rakabuming Raka sebagai anak Presiden Jokowi tentu saja memudahkan segalanya.
Mudah baginya untuk mendapat rekomendasi partai sekaligus memuluskan pertarungan dalam memperebutkan kursi Wali Kota Solo. Keistimewaan sebagai anak presiden menjadi pembeda dengan calon wali kota Solo yang lainnya.
Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, mengaku ikut bersaing memperebutkan kursi wali kota Solo, tanpa bantuan ayahnya. Tetapi klaim tersebut diragukan seorang pengamat politik, sehingga hal tersebut menimbulkan pro dan kontra.
Alasan Gibran ikut politik
Gibran Rakabuming mengatakan, dirinya kini terjun ke politik karena menganggap hal itu akan lebih bermanfaat bagi banyak orang. Beliau beranggapan jika hanya menjadi pengusaha, maka lingkup orang yang bisa dibantunya hanya terbatas.
Sementara ketika menjadi kepala daerah, ia punya bayangan akan membantu orang lebih banyak lagi dengan kebijakannya. Gibran pun mengakui niat untuk terjun ke politik telah dilakukannya sejak menemui Wali Kota Solo FX, Hadi Rudyatmo yang juga Ketua DPC PDIP Solo beberapa waktu lalu.
Saat itu kedatangannya ke rumah dinas Wali Kota Solo itu untuk menanyakan perihal persyaratan untuk maju sebagai bakal calon Wali Kota Solo melalui PDI Perjuangan.
Jalan Mulus Gibran
Nama Gibran memang sangat anyar dalam perebutan kekuasaan di Solo. Posisinya sebagai anak presiden Jokowi tentu saja memudahkan segalanya. Posisi ini yang menjadikan spesial (privilege) yang memudahkan dirinya mendapat rekomendasi partai.
Hal itu terungkap dari pernyataan Purnomo sesaat setelah rekom partai ke luar. Wakil walikota Solo ini sudah menduga jika rekomendasi partai bukan ke dirinya, tetapi terhadap Gibran. Katanya, karena adanya faktor usia dan anak presiden.
Dalam rangkaian pemilu legislatif dan pemilu presiden, Gibran tidak ikut kampanye sama sekali. Untuk pertama kali namanya muncul berkaitan dengan politik ialah pada survei yang diadakan Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo.
Hasil survei tersebut menunjukkan Gibran memiliki popularitas tertinggi di antara tokoh lainnya seperti Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa. Namanya juga menduduki peringkat kedua dalam hal elektabilitas. Keseriusan sang putra mahkota maju pilkada berbuah manis.
Meski pintu pencalonan digembok rapat, namun manuver Gibran yang mendaftar lewat jalur DPD PDIP Jateng mendobrak keputusan yang sudah ada.
DPC PDIP Solo pun tak setuju dengan Gibran. Puluhan atau mungkin ratusan massa yang mengaku pendukung Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa sempat mendatangi kantor DPC PDIP dan menolak Gibran untuk dipertimbangkan menjadi calon Wali Kota Solo pada Desember 2019. Bagi mereka, Solo lebih baik dipimpin orang yang sudah berpengalaman daripada yang tidak berpengalaman sama sekali.
Kini, di Pilkada 2020, Gerindra, Golkar, PAN, dan PSI juga telah menyatakan dukungan kepada Gibran. Satu yang tersisa adalah PKS. Kendati ada calon kuat yang bisa berhadapan dengan Gibran, besarnya kekuatan PDIP di Solo sangat sulit terkalahkan. Sayang, Gibran tidak sadar, atau mungkin pura-pura tidak sadar, akan keistimewaan itu dan malah melanggengkannya.
Sejak tahun 2000, selama hampir dua dekade, memang kepemimpinan Solo selalu dipegang PDIP. Melihat besarnya kekuatan PDIP, saingan Gibran bukan paslon dari partai lain, tetapi justru dari internal partai seperti DPC PDIP Solo atau sosok seperti Achmad. Namun, kini Achmad telah mundur.
Selagi Gibran masih mendapat dukungan dari DPP PDIP yang dipimpin Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, kemenangan Gibran sepertinya sudah di depan mata. Majunya Gibran sebagai calon Wali Kota Solo semakin menambah daftar panjang catatan politik dinasti di Indonesia.
Ini merupakan rekor karena baru pertama terjadi sepanjang politik tanah air. Anak presiden maju pilkada. Tak heran jika Jokowi belakangan dinilai berkontribusi atas tumbuh suburnya politik dinasti. Sesuatu yang dikecam oleh kalangan aktivis dan pegiat demokrasi selama ini karena dianggap dapat menyuburkan koklusi korupsi dan nepotisme.
Pilkada serentak kali ini akan terasa berbeda. Sebab, menjadi berkah bagi suburnya politik dinasti di berbagai daerah. Dulu, hanya Banten, Kutai dan Kalimantan Timur yang paling banyak dipergunjingkan soal politik dinasti. Kini, politik dinasti merata. Istana, ketua umum partai, dan menteri pun ramai-ramai ikut membangun dan melanggengkan politik dinasti. (MM, VM)
Comments