Lippo Karawaci, Panah Kirana— Jumat, 6 Desember 2019, kelas hukum adat reguler angkatan 2019 berkolaborasi dengan HMFH untuk menyelenggarakan acara Culture Day yang bertema “Budaya sebagai Jati Diri Bangsa”. Acara umum ini diadakan untuk meningkatkan kesadaran dan cinta para mahasiswa UPH terhadap budaya Indonesia, sekaligus sebagai pemenuhan nilai ujian akhir bagi mahasiswa kelas hukum adat.
Untuk ujian akhir mereka, para mahasiswa dibagi menjadi lima kelompok dan ditugaskan untuk memberikan penampilan seni khusus yang berasal dari daerah kelompok mereka. Penampilan mereka dinilai oleh dosen hukum adat, Debora Pasaribu dan Grace I. Darmawan, yang mewakili dosen hukum adat, Vincensia Esti yang berhalangan hadir.
Sebelum tampil di atas panggung, para mahasiswa telah mempersiapkan kelompok mereka untuk ujian unik ini dari sekitar bulan Oktober. Tidak hanya penampilan yang harus mereka pikirkan—mereka juga harus mengenakan pakaian adat sesuai dengan daerah kelompok dan menyediakan santapan khas dari daerah tersebut untuk kegiatan makan bersama setelah penampilan. Kelompok terbagi berdasarkan lima pulau terbesar Indonesia: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Mulai dari sisi “Sabang”, kelompok yang pertama memberikan penampilan adalah kelompok Sumatera, dengan drama legenda populer Malin Kundang. Penampilan tersebut diikuti dengan kelompok Jawa yang mempertunjukkan legenda Candi Prambanan dan tarian khas Jawa. Kelompok Kalimantan mempersembahkan sejumlah tarian, termasuk tarian dan nyanyian lagu “Ampar-Ampar Pisang”, yang kemudian dilanjutkan oleh drama kelompok Sulawesi mengenai cerita Tadulako Bulili. Terakhir, kelompok Papua melakukan Tari Perang dan Tari Sajojo.
Setelah penampilan usai, penghargaan khusus juga diberikan bagi perempuan dan laki yang mengenakan pakaian adat terbaik, dan juga kelompok yang memberikan penampilan terbaik. Pemenang Best Costume berasal dari kelompok Sumatera dan Papua, sementara penghargaan Best Performance diraih oleh kelompok Jawa. Untuk menutup sekaligus merayakan akhir dari ujian mereka, para mahasiswa juga telah mempersiapkan hidangan khas dari daerah kelompok mereka untuk makan bersama.
Makanan yang dihidangkan mulai dari sate padang yang sering dijumpai, hingga papeda dari pulau Papua.
Ketika diminta untuk memberikan pendapat beliau tentang acara Culture Day tahun ini, Debora Pasaribu menjawab sambil tersenyum, “Ini baru sekali performance yang saya lihat seperti itu. Biasanya mereka (di tahun-tahun sebelumnya) cuman kirimkan CD. Kalau yang kemarin-kemarin bisa diedit, kalau ini live, luar biasa,” ungkap beliau.
Ia pun melanjutkan, “Saya merasa mereka semangat untuk berlatih, semangat untuk perform yang bagus, lalu kostum yang mereka gunakan juga ada effort disitu. Dan satu lagi, mereka juga sediakan makanan untuk mereka sendiri konsumsi. Akhirnya, surprised aja saya, kok anak-anak mau melakukan ini ya. Saya senang. Acara ini kan sebenarnya kami buat supaya mereka ada rasa cinta sama tanah air, dan mungkin bisa menjadi kenang-kenangan nanti ketika mereka sudah sukses disana.”
Ini adalah pertama kali kelas hukum adat melakukan kolaborasi dengan HMFH untuk pelaksanaan Culture Day. Acara tahun ini diketuai oleh Madeleine Evania dari Departemen Akademik HMFH dan juga diisi oleh sejumlah anggota HMFH lainnya. Untuk memberikan pengalaman yang lebih menyeluruh, HMFH menampilkan performa musik, menampilkan video singkat yang menghibur, dan juga para MC yang membawakan acara dengan memiliki “alur cerita” untuk transisi antar segmen.
Comments