Sejak Minggu, 2 Januari 2022 wilayah Kazakhstan telah menjadi medan perang dengan aksi protes warga yang berujung pada kerusuhan. Hingga 11 Januari 2022, setidaknya sebanyak 164 orang telah tewas, tiga di antaranya adalah anak-anak, serta hampir 8.000 orang telah ditahan oleh otoritas yang berwenang sejak kerusuhan dimulai. Gedung-gedung pemerintah termasuk kantor walikota di kota terbesar Kazakhstan, dan salah satu kediaman presiden, dibakar sebagai tanda kemarahan para warga. Selain itu, kaca di area lokasi kerusuhan menunjukkan banyak lubang bekas peluru senjata api dengan bercak darah di sekitarnya yang diduga telah terjadi aksi penembakan yang berlanjut selama berjam-jam. Lantas, apa yang menjadi penyebab situasi mencekang ini?
Sebagai negara yang kaya akan minyak dan gas (migas), Kazakhstan adalah produsen uranium terbesar di dunia dan duduk sebagai pengekspor minyak terbesar kesembilan di dunia pada tahun 2021. Dengan begitu banyak keuntungan yang didapatkan, tidak heran jika Kazakhstan mengandalkan migas dalam memajukan ekonominya. Begitu ironis ketika sumber daya alam yang sama justru menjadi pemicu suatu peristiwa yang menggejolak negara ini. Sebuah reformasi sempat dilakukan untuk mengatasi kekurangan minyak, namun usaha ini justru mengakibatkan kenaikan harga hingga dua kali lipat untuk bahan bakar Liquified Petroleum Gas atau LPG. Jenis bahan bakar ini paling banyak digunakan oleh mayoritas warga setempat, maka dengan kenaikan harga yang cukup fantastis, masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari.
Krisis tersebut menyulut aksi demonstrasi pada 2 Januari 2022 di Provinsi Mangistau, dimana unjuk rasa warga akhirnya berubah menjadi pemberontakan yang mengancam nyawa, pada 5 Januari 2022, ketika Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev secara resmi mengumumkan keadaan darurat nasional yang berlaku hingga 19 Januari 20222. Kenaikan harga gas pun sesungguhnya adalah bagian kecil dari sebuah isu yang lebih mendesak para warga, yaitu biaya hidup yang semakin tinggi tanpa adanya kenaikan upah bagi para buruh. Akibatnya, jenjang sosial semakin luas; masyarakat menengah ke atas sejahtera dari keuntungan yang mereka dapatkan dari harga-harga yang semakin mahal dan masyarakat berpenghasilan rendah sengsara dengan upah sedikit yang perlahan-lahan tidak dapat menghidupi mereka lagi. Isu ini sudah berlangsung sejak rezim presiden sebelumnya, yaitu Presiden Nazarbayev yang telah memimpin selama tiga dekade sebelum Tokayev. Nazarbayev dianggap telah gagal menangani isu ekonomi setempat. Walaupun begitu, pengaruh Nazarbayev masih terlihat dengan jelas saat ini. Tokayev dipilih sebagai presiden tanpa adanya campur tangan rakyat sama sekali; menghilangkan asas demokrasi yang seharusnya ada di dalam pemerintahan republik Kazakhstan. Hal ini merupakan faktor besar yang memicu kemarahan warga dan desakan untuk reformasi dari pemerintah demi standar hidup yang lebih layak.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi, aparat keamanan awalnya menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk mengendalikan massa. Meskipun demikian, dengan kerusuhan yang semakin ganas, pihak otoritas tidak ragu untuk menembak para warga dengan pernyataan Presiden Tokayev yang menyebut para warga “teroris” dan “bandit” sekaligus memberikan perintah tembak mati bagi mereka yang menghancurkan properti negara. Tokayev tidak berniat untuk melakukan perbincangan dengan pihak massa yang dia sebut sebagai “penjahat” dan “pembunuh”. Hal ini dilatarbelakangi oleh pihak massa yang juga menewaskan beberapa anggota pasukan keamanan, dua diantaranya terpenggal.
Sekitar 7.939 orang telah ditangkap oleh pihak yang berwenang per 10 Januari 2022 dan berdasarkan pernyataan Tokayev. Angka ini akan terus meningkat selama kerusuhan terus berlangsung. Tokayev menyatakan dalam pidatonya bahwa ketertiban dalam Kazakhstan telah dipulihkan, namun perburuan terhadap para “teroris” akan terus berlangsung. Hal ini disampaikan pada 10 Januari 2022 bersamaan dengan spekulasinya bahwa kerusuhan sesungguhnya adalah usaha kudeta. Usaha penanganan juga telah dilakukan oleh negara lain, salah satunya negara tetangga Rusia yang mengirimkan 2.500 tentara pada puncak kerusuhan di awal Januari. Pasukan ini direncanakan akan dipulangkan pada Jumat, 14 Januari 2022 dengan kondisi setempat yang dianggap sudah lebih stabil dan tenang.
Menurut data KBRI Nur-Sultan, sebanyak 140 WNI berada di negara kazakhstan yang tersebar di 11 daerah yaitu Nur-Sultan, Atyrau, Almaty, Aktau, Burabay, Ekibastuz, Aktogay, Aqsay, Pavlodar, Karaganda, dan Shchuchinsk. Dilansir dari kompas.com, Kepala Fungsi Konsuler dan Perlindungan WNI KBRI Nur-Sultan memastikan bahwa semua WNI di wilayah Kazakhstan dalam keadaan aman.
Selain mengganggu stabilitas negara, kerusuhan Kazakhstan juga dapat mengancam implikasi ekonomi yang luas secara global. Pasar global saat ini sangat memperhatikan perkembangan kerusuhan Kazakhstan terutama yang terjadi dalam lingkup industri minyak Kazakhstan dimana telah terjadi pemogokan, untuk bersimpati dengan para pengunjuk rasa yang menentang presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Secara luas akibat dari kerusuhan yang terjadi di negara kazakhstan kerusuhan ini sangat mempengaruhi berbagai sektor antara lain pasokan minyak, sektor energi, sektor nuklir, industri baja, dan Bitcoin.
Dari kasus kerusuhan yang sudah terjadi di Kazakhstan, peristiwa dapat dijadikan pelajaran bagi negara lain dalam pengambilan keputusan bagi negaranya tersebut dan juga pemimpin negara untuk dapat mengambil tindakan tegas terkait pencegahan kerusuhan yang nantinya mengakibatkan banyak korban jiwa.
Comments