Guna upaya pemerintah menekan dan menghentikan penyebaran virus COVID-19 yang semakin bertambah setiap harinya, maka sama halnya dengan negara lain, Indonesia juga berupaya membuat vaksin COVID-19. Namun, pembuatan vaksin tersebut tidaklah sederhana dan butuh waktu yang tidak singkat.
Proses yang biasanya berlangsung selama bertahun-tahun, kini dibuat secepat kilat, dan tentunya kerja keras tidak akan menghianati hasil. Ada beberapa kabar gembira perihal perkembangannya.
Moderna, misalnya, Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, mengumumkan bahwa uji klinis tahap II telah dilaksanakan dan membuahkan hasil yang memuaskan. Kabar baik ini kemudian diikuti oleh perusahaan farmasi asal Tiongkok, Sinovac dan Astra Zeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford. Ada beberapa negara yang telah bekerja sama dengan Sinovac untuk diuji coba klinis tahap III, salah satunya Indonesia, Brazil dan Bangladesh. Di Indonesia, pihak yang bertanggung jawab atas pengujian ini adalah PT. Bio Farma dan tim peneliti dari Universitas Padjajaran.
Perkembangan Tiga Kandidat Vaksin
Terdapat tiga kandidat vaksin COVID-19 yang telah melewati uji klinis tahap II dan sedang mengikuti pengujian tahap III, yaitu vaksin asal Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok. Uji coba klinis Tahap III merupakan tahap pengujian terakhir sebelum masuk pada tahap perizinan. Berikut profil dan perkembangan ketiga kandidat vaksin tersebut :
1. Vaksin dari Sinovac
Vaksin COVID-19 asal perusahaan Tiongkok ini telah melewati pengujian tahap II dan telah dilakukan pengujian tahap III oleh beberapa negara, salah satunya Indonesia. Pengujian vaksin merah putih oleh PT. Bio Farma dengan Universitas Padjajaran ini telah dimulai sejak bulan Agustus lalu dan ditargetkan akan berlangsung selama 6 bulan. Jika pengujian ini berjalan dengan lancar dan disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), maka produksi dan pendistribusian vaksin akan dilakukan secara masal pada awal tahun 2021. Bio Farma sendiri mengungkapkan bahwa mereka memiliki kapasitas produksi hingga 250 juta dosis.
Pembuatan vaksin ini menggunakan whole-virus vaccine, yang artinya mengandung virus penyebab COVID-19 atau dikenal dengan sebutan SARS-CoV-2 yang telah dilemahkan dan dinon-aktifkan.
Cara kerja vaksin tersebut sama seperti cara kerja vaksin pada umumnya. Saat disuntikan ke tubuh, sistem imun tubuh kita dengan otomatis akan membentuk sistem kekebalan. Sehingga, jika suatu saat kita terpapar virus COVID-19, sistem imun tubuh kita dapat mengenalinya dan segera melawannya. Alhasil, kita akan bisa lebih terhindar dari paparan virus COVID-19.
2. Vaksin dari Astra Zeneca dan Universitas Oxford
Tidak kalah dengan Tiongkok, Universtas Oxford Inggris dan perusahaan Astra Zeneca yang terletak di Inggris serta Swedia pun juga ikut mengembangkan vaksin COVID-19. Vaksin mereka telah sukses masuk ke pengujian klinis tahap III. Berbeda dengan vaksin dari Sinovac, pengembangan vaksin ini menggunakan metode viral vector vaccines, yang artinya vaksin tersebut berisi gen virus itu sendiri. Sehingga saat disuntikkan, akan masuk ke dalam sel-sel di tubuh, lalu kemudian memicu respon kekebalan tubuh kita dan nantinya akan melindungi kita dari virus COVID-19.
Menurut laporan yang dikeluarkan tanggal 20 Juli 2020, vaksin ini telah sukses melewati uji coba klinis tahap I dan II, dan dilaporkan tidak ada peserta uji coba yang mengalami efek samping parah selama pengujian ini. Maka, sejauh ini vaksin dianggap aman untuk digunakan. Saat ini, vaksin ini sedang menjalani uji coba klinis tahap II dan III di Inggris, serta tahap III di Brazil dan Afrika Selatan.
Peneliti yang terlibat dari pengujian vaksin ini pun ikut memberikan kabar baik yaitu bahwa pada bulan Oktober ini mungkin akan diproduksi vaksin darurat, tetapi vaksin yang nantinya akan digunakan masyarakat luas baru dapat dipasarkan setelah berhasilnya proses pengujian tahap III. Kira-kira sekitar 2 miliyar kapasitas dosis vaksin dapat diproduksi oleh pihak Astra Zeneca.
3. Vaksin dari Moderna
Moderna melibatkan setidaknya 45 orang dewasa dalam penguji cobaan vaksin COVID-19 ini. Kemudian mereka pun dibagi menjadi 3 kelompok, yang masing-masing kandidatnya disuntik sebanyak dua kali. Kelompok pertama yang diuji, mendapatkan dosis sebanyak 25 mikrogram. Kemudian kelompok kedua akan mendapatkan vaksin sebanyak 100 mikrogram, sedangkan kelompok terakhir mendapat dosis vaksin terbanyak, yaitu 250 mikrogram.
Berdasarkan hasil laporan tanggal 14 Juli 2020, semua relawan vaksin kini sudah memiliki antibodi terhadap virus penyebab COVID-19. Para relawan pun sekarang memiliki antibodi SARS-CoV-2 empat kali lebih banyak dibandingkan pasien COVID-19 lainnya yang sudah sembuh, dikarenakan penyuntikan dua kali ini. Dengan adanya kabar baik ini, timbul harapan akan meningkatnya ketersediaan vaksin COVID-19.
Uji Coba Vaksin di Indonesia
Dilansir dari Kompas.com untuk mempercepatnya, begitu juga dengan Indonesia yang kini bekerja sama dengan beberapa perusahaan vaksin dunia. Dua di antaranya adalah Sinovac China dan G42 UAE.
“Tahun depan akan ada 300 juta dosis vaksin COVID-19,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad), Jumat (11/9/2020).
Calon vaksin dari Sinovac ini dipilih karena metode pembuatannya yakni melalui inaktivasi virus sama dengan kompetensi yang dimiliki Bio Farma, yang merupakan BUMN farmasi yang berkantor utama di Bandung, Jawa Barat.
Belum lama ini pada 19 Juli 2020, calon vaksin dari Sinovac tiba di Bio Farma. Ada 2.400 dosis dari pengiriman pertama untuk kebutuhan fase uji klinis tahap ketiga. Rencananya dari pembuatan vaksin ini, Indonesia akan menghasilkan 20 juta dosis vaksin dari Sinovac pada akhir 2020. Kemudian, berlanjut pada 2021 akan ada tambahan 250 juta dosis. Adapun 10 juta vaksin dari G42 UAE yang akan tiba di Indonesia pada Desember 2020. Kemudian, 50 juta dosis lagi yang dijadwalkan dikirim pada kuartal I tahun 2021.
Pasokan vaksin dari Sinovac dan G42 belum akan memenuhi kebutuhan Indonesia yang berpenduduk sekitar 270 juta jiwa ini. Sebab, setiap individu membutuhkan setidaknya dua kali suntikan. Untuk memenuhi hal tersebut, selain berupaya mengembangkan vaksin Merah Putih, Indonesia juga menjajaki vaksin lain, seperti dari CEPI, AstraZeneca, dan CanSino.
Menurut Kompas.com seusai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada Rabu (9/9/2020), Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro memaparkan perkembangan upaya pembuatan vaksin Merah Putih. Lembaga Eijkman, kata Bambang, saat ini sudah memulai upaya pengembangan vaksin ini dengan platform protein rekombinan.
Bambang juga menyebutkan bahwa, prosesnya sudah mencapai 50 persen dari tugas Lembaga Eijkman mengembangkan bibit vaksin itu di laboratorium.
”Targetnya, akhir tahun ini uji pada hewan sudah bisa diselesaikan," kata Bambang seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet. Bila target itu terpenuhi, lanjut Bambang, Lembaga Eijkman diharapkan dapat menyerahkan bibit vaksin tersebut kepada Bio Farma pada Januari 2021.
Di Bio Farma, kemudian bibit vaksin tersebut akan dibuatkan formulasi produksi untuk tiga tahap uji klinis yang harus dijalankan. Bila semua uji klinis berjalan tuntas sesuai harapan, lalu BPOM menyatakan bahwa vaksin ini telah aman untuk digunakan dan cocok untuk menghadapi COVID-19, produksi massal pun akan dilakukan oleh Bio Farma. Perkiraannya, menurut Bambang, produksi massal vaksin Merah Putih baru dapat dilakukan pada triwulan keempat 2021. Bibit vaksin Merah Putih ini menggunakan isolate biakan murni dari proses isolasi virus COVID-19 yang beredar di Indonesia.
Hingga kini ada sembilan kerja sama pengembangan vaksin COVID-19 di Indonesia. Berikut rinciannya:
1. Bio Farma-Sinovac. Progres: proses uji klinis tahap 3 di Indonesia;
2. Bio Farma-CEPI. Progres: pembahasan kapasitas produksi;
3. Kimia Farma-Sinopham-Group42. Progres: uji klinik fase 3 di Uni Emirat Arab;
4. Kalbe Farma-GX19. Progres: uji klinis di Korea;
5. Kalbe Farma-CanSino. Progres: uji klinis di Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Tengah;
6. Infion-Arcturus. Progres: uji klinis fase 1;
7. Pfizer-Bion Tech/Fosun Pharma. Progres: uji klinis fase 3;
8. Badan Litbangkes-Imperial College London. Progres: uji klinik fase 2; dan
9. Vaksin Merah Putih.
Untuk memenuhi kebutuhan awal minimal sekitar 540 juta vaksin bagi seluruh warga negara Indonesia, ungkap Bambang lagi, produksi massal vaksin ini juga akan melibatkan perusahaan lain, tidak hanya Bio Farma.
"Selain Bio Farma, yang tahun depan berencana bisa memproduksi 250 juta dosis per tahun, kami di dalam konsorsium vaksin Merah Putih juga akan melibatkan beberapa perusahaan farmasi swasta untuk ikut serta memproduksi vaksin COVID-19," kata Bambang.
Menurut Bambang juga, sudah ada tiga perusahaan yang berpotensi ikut memproduksi vaksin Merah Putih. Tidak hanya izin dari BPOM, ketiga perusahaan diminta menyiapkan lini produksi khusus untuk pembuatan vaksin COVID-19.
"Butuh kapasitas produksi yang besar. Karena itulah, kami mengajak Bio Farma untuk melakukan ekspansi dan perusahaan-perusahaan swasta lain untuk ikut mendukung,” ujar Bambang.
Uji coba tahap akhir pun telah dimulai sejak 27 Juli 2020 lalu, dan melibatkan lebih banyak relawan, yaitu sekitar 30.000 orang yang berasal dari 87 lokasi berbeda di Amerika Serikat. Namun ditahap pengujian ini terdapat sedikit perbedaan dengan tahap pengujian sebelumnya, dimana mereka semua akan menerima vaksin dengan dosis yang sama yaitu sebanyak 100 mikrogram. Kemudian, setelah 29 hari mereka akan diberikan lagi vaksin dengan dosis yang sama. Beberapa orang akan dikelompokan dalam kelompok placebo untuk dijadikan kelompok kontrol. Jika pengujian tahap akhir ini berjalan dengan lancar, maka dapat dipastikan pada awal tahun 2021 vaksin ini akan diproduksi secara masal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hasil uji klinis fase 3 COVID-19 di Bandung akan diumumkan pada pertengahan Oktober 2020. Dengan keterlibatan produksi vaksin yang juga dari kalangan swasta, Menristek berharap Indonesia akan memiliki kemandirian dalam penyediaan dan pengembangan vaksin COVID-19. Uji klinis vaksin pun terus dikebut, serta pemerintah sudah mulai merancang bagaimana strategi vaksinasi yang akan dijalankan.
Dengan dilaksanakannya uji coba vaksin ini seluruh masyarakat berharap agar segenap prosesnya berjalan dengan lancar, dan kelak ketika dinyatakan aman digunakan, pelaksanaan vaksinasi dapat berjalan dengan baik. Juga dampaknya bisa dirasakan oleh semua kalangan, sehingga pada akhirnya masyarakat Indonesia dapat menemukan titik terang setelah melalui lorong gelap yang membelenggu dalam kurun waktu kurang lebih enam bulan lamanya ini.
Comentarii