Mahasiswa memiliki peran besar di dalam lingkup masyarakat sosial. Tidak hanya sebagai aspirasi, namun dapat menjadi sebuah indikator perubahan yang luar biasa bagi bangsa dan negara. Hal tersebut menarik perhatian dan menimbulkan rasa untuk membangun semangat para mahasiswa melalui sebuah diskusi dengan para aktivis dan senior dengan pengalaman yang telah mereka lewati.
Pada tanggal 6 November 2019 Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum (HMFH) membuat sebuah forum diskusi berjudul “Peran Mahasiswa di antara Isu-Isu Politik, Hukum, dan HAM” diselenggarakan di Pelita Hall, UPH Karawaci. Kalimat pembuka yang dibawakan oleh MC, diikuti dengan kalimat sambungan dari ketua umum ROMANSA, Abraham Ethan dan dilajutkan oleh ketua Himpunan Mahasiswa Fakultas Hukum (HMFH), Samuel Silo.
Acara ini dibentuk dan diharapkan oleh para penyelenggara untuk memiliki manfaat bagi para mahasiswa untuk berperan bagi bangsa dan negara agar dapat lebih aktif mengenai keadaan yang sedang terjadi di sekitar kita. Acara tersebut dihadiri dengan beberapa tokoh ternama yaitu, Haris Azhar S.H, M.A, Muhammad Isnur, Ananda Badudu, Zico Leonard, dan Jovin Kurniawan. Masing-masing pembicara memiliki peran di dalam lingkup HAM, Lembaga Bantuan Hukum, Aktivis, Jurnalis, serta para pemuda yang pernah memiliki pengalaman dalam pemohonan Judicial Review.
Pembahasan dimulai dengan sebuah pernyataan untuk berbagi cerita mengenai pengalaman para tokoh untuk memiliki jiwa yang vokal dan aktif dalam memberikan komentar dinamika politik dan pemerintah itu sendiri. Dimulai dengan Muhammad Isnur, menyatakan bahwa, semasa berkuliah Ia bertasipasi aktif untuk mengikuti acara-acara perkuliahan dalam mengundang para senior. Hal tersebut secara tidak langsung membantunya untuk terlibat secara langsung tentang realita dan kasus secara nyata melainkan pembelajaran di kelas.
Jiwa tersebut muncul saat ia melihat keadaan tersebut, melalui kejadian tersebut, Ia berdiri untuk membantu para individu yang kesulitan dan terdorong untuk berpartisipasi di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum pada semester 6 perkuliahannya. Dilanjutkan dengan Ananda Badudu, yang berbagi cerita mengenai pengalamannya di kegiatan pers mahasiswa. Ia menyatakan bahwa, kesempatan tersebut sangatlah menyenangkan karena dapat belajar dan beretmu dengan banyak orang yang memiliki pemikiran yang sama.
Dimulai dengan lingkup yang kecil, hal tersebut mengasah kemampuannya untuk menganalisa lebih kritis. Pengalamannya di ikuti dengan kesempatannya untuk bekerja di Tempo, yang mengubah hidupnya secara luar biasa. Mendapatkan banyak pengalaman melalui masalah-masalah nyata yang dipublikasikan melalui media. Menurutnya, pengalaman yang melibatkan secara langsung membuat dirinya untuk lebih berubah dan memberikannya sebuah ilmu yang luar biasa agar tidak terjadi hal tersebut kembali.
Menurut, Haris Azhar, pembelajaran terpenting merupakan sebuah pemahaman dasar dan partisipasi aktif mahasiswa untuk memiliki rasa peka akan lingkungannya. Menjadi sebuah aktivis bukanlah hal yang mudah dan memiliki resiko yang besar, namun untuk menjalaninya kita semua harus memiliki prinsip dan mau membangun karakter untuk melawan hal-hal yang bertentangan serta berani untuk memberikan kritik dengan sebuah fundamental yang tepat.
Kedua pembicara muda, Zico Leonard dan Jovin Kurniawan dilemparkan sebuah pertanyaan apakah mahasiswa pada era terkini memiliki jiwa yang sama dengan para pembicara senior. Menurut keduanya, Harus memiliki rasa juang yang luar biasa, dan harus ingat bahwa mahasiswa memiliki sebuah fasilitas yang lengkap melalui akses teknologi, informasi serta edukasi. Hal tersebut dapat menjadi sebuah amunisi untuk isu-isu yang sedang hangat terjadi.
Zico Leonard juga menyatakan bahwa Ia merupakan seorang individu yang memiliki jiwa untuk terus berjuang melawan hal-hal yang dapat diubah dan dilakukan dengan cara lain secara dinamis untuk membangun semangat mahasiswa. Namun, harus diingat bahwa keyakinan tersebut harus memiliki nilai yang objektif dan tidak boleh memihak.
Melalui para pengalaman para tokoh, diakui bahwa mahasiswa merupakan penggerak perubahan di dalam lingkup sosial masyarakat Indonesia atau dikenal sebagai Agent of Changes. Melalui kejadian aspirasi yang dilakukan oleh para Mahasiswa dengan cara berdemo untuk melawan pemerintah Indonesia mengesahkan revisi undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi dan Mengajukan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan rancangan Undang-Undang lainnya.
Para pembicara menyatakan bahwa, hal tersebut tidaklah salah hanya saja para mahasiswa harus memperhatikan beberapa kajian dan mendiskusikannya secara matang serta membangun rasa semangat untuk menggali informasi yang ada sebagai bukti yang kuat. Melalui penyampaian aspirasi, para mahasiswa juga dapat belajar mengenai peran mereka sebagai sebuah alat aspirasi warga negara Indonesia dan peran penting setiap individu yang memiliki gelar warga negara Indonesia untuk mengetahui setiap rancangan yang dibuat para tokoh-tokoh politik.
Diakui, bahwa setiap orang harus berani keluar dari zona nyaman untuk turun ke jalan dan mau terlibat untuk bersuara. Visualisasi tersebutlah yang penting sebagai contoh bahwa setiap orang dapat mewakili satu suara untuk di dengar oleh pemerintah.
Melalui diskusi yang diadakan, kita dapat menyimpulkan bahwa peran-peran mahasiswa sangatlah berdampak bagi kemajuan bangsa. Banyak individu yang merasa bahwa simplifikasi dan juga ranah teknologi dapat membuat lebih efektif dalam penyampaian suara. Namun sesungguhnya politik tersebut haruslah dilakukan dengan benar, dan harus percaya mengenai tanggapan yang akan dikemukakan di kemudian hari.
Comments